Drama Part 1

DRAMA

Part 1

image

Cast:

– Kim Rana (OC)
– Lee Hyukjae
– Kim Kibum

Genre: Romance

Length: (?)

Rating: PG-15

Uuuu mianhe mianhe lamaaaa bgt ga upgrade wp… Kmren bln puasa, jd author ga bs fokus ke ff.. Skrg mulai ngebut lg…

Btw, author lg mandek nih ide di ff Calon Mantu.. Duuuh, jgn tagih dl yaah…

Dan alasan knp main cast nya Kibum mulu skrg…

Soalnya…

Tiba2 author mup on ke bang kiki~~ duh malu XD

Bang Kiki sih, tepe2 mulu ke author.. Yaah author nya kan lama2 jadi gimanaaaa gitu, dugeun dugeun eottohkeee~~

Well, ini cerita baru.. Enjoy yaa

NO BASH, NO PLAGIAT, NO COPAS, NO REBLOG W/O FULL CREDITS

————————

Rana tak pernah mengerti takdir. Menurutnya, Tuhan membuat jalan cerita yang sungguh lucu untuknya. Di saat orang lain begini, ia malah begitu. Ah, jangan tanyakan maksud kalimat sebelum ini. Itu hanyalah kalimat tak berarti yang muncul di kepalanya. Yah, dia sedikit bodoh. Atau, bisa juga dibilang, dia terlalu polos.

Pagi ini terasa terlalu luang. Sama seperti pagi di akhir pekan lalu. Rana hanya mencoret-coret buku sketsanya sembarangan. Ia tak ada kerjaan di hari libur begini. Rumah sudah rapi. Perut sudah kenyang. Sudah masak juga untuk makan siang. Sudah mandi dan wangi. Dan ia kehabisan kerjaan pagi-pagi begini.

Mungkin kalau hari ini bukan hari Sabtu, ia sudah melesat ke butiknya di kawasan Apgujeong sana. Bergulat dengan baju-baju hasil pemikirannya yang akhir-akhir ini jadi trendsetter di kalangan anak muda Seoul. Bahkan beberapa artis datang dan meminta baju bikinannya yang limited edition. Membuatnya seketika merasa terhormat dan tersanjung.

Akhir pekan seperti ini biasanya dihabiskan para pasangan untuk berkencan. Ada juga yang piknik bagi mereka yang sudah berkeluarga. Rana sebenarnya ingin dua-duanya. Pergi jalan-jalan bersama suami bukanlah ide buruk. Toh ia dan suaminya masih muda. Mereka juga belum punya anak. Maunya sih, mumpung masih banyak waktu luang, sering pergi berdua. Tapi entahlah. Rana tak yakin.

Lee Hyukjae, suaminya, sedang di kantornya. Pagi-pagi sekali pamitan pada Rana bahkan ketika Rana belum sepenuhnya terjaga. Rana tahu Hyukjae sibuk. Namun, apakah kesibukannya itu lebih penting daripada menemani istri tercinta di akhir pekan?

‘ Aku bisa mati kebosanan kalau begini caranya. ‘ batin Rana pada akhirnya.

Dia bergegas mengambil sling bag nya yang berisi dompet dan ponsel. Tak ketinggalan outer tanpa lengan dan kunci mobil di atas meja makannya. Langkahnya cepat-cepat. Dan rumahnya kosong sepuluh menit kemudian.

—————————

Meine Cafe. Di situlah Rana berada saat ini. Terlalu pagi memang, dan seingatnya ia pengunjung pertama hari ini. Rana duduk di pojok. Tak begitu terlihat. Dan dia suka. Entah kenapa ia ingin berdiam diri dulu.

Matcha latte pesanannya datang. Setelah waiter pergi, dipejamkannya matanya sejenak. Menikmati suasana dan musik jazz yang lembut yang mengalun di kafe ini. Musik yang benar-benar ampuh membantunya menenangkan diri.

Kafe ini sering ia kunjungi bersama Hyukjae. Dulu, saat masih pacaran. Saat cinta mereka sedang hangat-hangatnya.

Rana buru-buru mengusir bayangan itu pergi. Ia sedang ingin tenang, tak ingin diganggu apa pun atau kenangan mana pun.

Klining~

‘ Ada pengunjung lain yang datang. ‘ pikirnya.

Matanya tetap terpejam.

Entahlah.

” Apa kabar? ”

Suara seorang lelaki masuk ke gendang telinganya. Satu suara yang tak asing. Bahkan rasanya terdengar akrab.

Ah. Belum tentu juga pria itu bicara padanya. Bisa jadi pria itu berbicara pada waiter atau waitress di sini.

” Hei. ” suara itu lagi. Suaranya agak berat. Dan–lagi-lagi–terasa akrab dan dekat dengan telinganya.

” Kau Kim Rana, ‘kan? Bukalah matamu. ”

Rana membuka mata dengan malas. Sesosok pemuda berparas rupawan sudah duduk di hadapannya. Di sampingnya ada gadis cantik yang tengah mengulas senyum. Rana tak bermaksud besar kepala, tapi gadis itu memang tersenyum padanya.

” Kalian… Apa kalian mengenalku? ” tanya Rana. Dua muda-mudi itu tertawa. Deretan gigi mereka terlihat, dan terdengar kekeh geli dari keduanya.

” Kau lupa pada kami? Yah, lima tahun bukan waktu yang sebentar, memang. Tapi apa kau memang setega itu? Dulu kami sering menempel padamu di sekolah. ” gadis itu bercerita sedikit.

Pandangan Rana menerawang jauh. Mencoba memunculkan kembali kilasan-kilasan ingatan saat sekolah dulu.

Masa-masa SMA Rana penuh kesibukan. Wajarlah. Dia sudah aktif di OSIS sejak awal masuk. Dua kali terpilih jadi ketua OSIS membuatnya populer di kalangan siswa dan guru SMA Neul Paran. Bukan cuma populer karena statusnya sebagai ‘penguasa’, tapi juga karena paras dan kecerdasannya yang di atas rata-rata. Dia juga dikenang warga sekolah sebagai sosok yang kocak, namun sedikit kejam dan dingin.

Rana masih berusaha mengingat. Matanya menatap pintu kafe tak fokus.

Klining~

Pengunjung lain datang lagi.

Sesosok gadis cantik dengan balutan busana yang ‘agak’ kurang bahan, diikuti pria yang sepertinya sedang bolos kerja.

Mudah saja. Pria itu masih mengenakan setelan kantornya, yang bahkan terlihat eksklusif meski dari kejauhan.

Konsentrasi Rana buyar. Dia merasa, mengenali pasangan itu.

Tidak.

Dia memang mengenali mereka.

Sangat.

.

.

.

Ugh.

Mual.

Nyeri.

Ditahannya semua itu, dia gigit bibir bawahnya. Hingga merah.

Tidak di depan orang asing. Tidak. Seorang Kim Rana bukan sosok perempuan cengeng.

Hanya itu yang bisa ia katakan pada dirinya sendiri.

Karena…

Pertahanannya hampir runtuh seketika.

” Eonni… Kau sudah ingat kami? ” gadis yang menyapanya dan kini duduk semeja dengannya bertanya penuh harap.

” Ah… Mianhe… ”

Rana menatap dua muda-mudi itu sedikit menyesal. Bahkan matanya berkaca-kaca. Ditambah, apa yang dia lihat barusan meningkatkan kadar emosionalnya. Dan yang aneh, Rana juga bahkan tak ingat siapa mereka, namun rasanya ia ingin menangis dan bercerita panjang lebar betapa merananya ia sekarang.

Pemuda di depannya tersenyum maklum. Mata sipitnya berpendar, seolah tak terganggu dengan kenyataan bahwa Rana tak mengingatnya dengan baik. Pendaran yang makin menguat tiap ia melihat Rana.

Well, sebenarnya pemuda itu merasa benar-benar beruntung hari ini. Ia hanya mengikuti suara hatinya, dan Rana muncul di hadapannya setelah sekian tahun tak bertemu. Bukankah pertemuan ini saja sudah merupakan satu anugerah? Keterlaluan kalau ia berharap Tuhan menakdirkan Rana mengingat dirinya.

” It’ s okay, Saengie. ” katanya lagi pada gadis yang bersamanya itu, yang ternyata adalah adiknya.

” Kim Rana. Aku dan adikku; kami adalah PA mu di sekolah. Kim Kibum. Dan Kim Saehee. Kita seangkatan. Satu kelas. Saehee satu angkatan di bawah kita. ”

” PA… ku? ”

Rana tak fokus. Lagi dan lagi. Matanya terus saja melirik ke meja yang berjarak sekitar tiga meter dari tempatnya duduk.

Kim Kibum menangkap gelagat aneh Kim Rana. Dia tak paham kenapa sejak tadi Rana bersikap mirip orang linglung. Tak seperti Rana yang ia kenal. Meski sudah lima tahun berlalu, seharusnya karakter seseorang tak berubah secepat itu, ‘kan?

” Kim Rana. Ada apa denganmu? ” tanyanya. Sekali lagi Kibum mencoba menelisik mata Rana. Dan yang dia temukan hanyalah kepedihan dan rasa sakit yang dalam.

Rana menoleh ke arah meja itu lagi. Kali ini Kibum berhasil tahu penyebab kebingungan Rana.

Meja di tengah ruangan.

” Bukankah itu… Lee Hyukjae? Ketua OSIS sebelummu? ”

Rana menegang. Dia berdiri dengan wajah pucat.

” Maaf… Kurasa, aku harus pergi sekarang. ”

Langkah-langkah cepat kaki Rana terayun. Dia tak sanggup lagi berada di situ.

” Hei! Kim Rana! ”

Teriakan Kibum tak berefek padanya. Yang Rana tahu, ia harus segera menjauh dari kafe itu. Sejauh-jauhnya. Sesegera mungkin.

.

.

.

.

.

BRAKKK!!

–TBC–

Huwaaa sudah satu part… Gimana gimanaaa? Feel nya kurang yaa? Duuh…

~`3`;

#kabur
#part2otw

2 thoughts on “Drama Part 1”

Leave a comment